• Sabtu, 03 September 2011

    Battlefield 3 : Back To Karkano

    Battlefield 3



    Release Date: October 25, 2011

    Prepare for full-scale war with Battlefield 3, the third major evolution of the long-running online battle franchise. Using the power of Frostbite 2 game engine technology, Battlefield 3 delivers superior visual quality, a grand sense of scale, massive destruction, dynamic audio and incredibly lifelike character animations. As bullets whiz by, walls crumble, and explosions throw you to the ground, the battlefield feels more alive and interactive than ever before.

    In Battlefield 3, players step into the role of the elite U.S. Marines where they will experience heart-pounding single player missions and competitive multiplayer actions ranging across diverse locations from around the globe including Europe, Middle-East and North America.

    Genre: Online Shooter
    Publisher: Electronic Arts
    Developer: Digital Illusions CE (DICE)
    Online Play: 64 Versus
    Expansions: Battlefield 3: Back to Karkand, Battlefield 3 (Limited Edition Physical Warfare Pack)

    MSRP: $59.99
    Also on: X360, PS3
    RP-T+ for Rating Pending, Targeting a Rating of Teen or Above

    Screenshot
     








    Trailer

    Jumat, 02 September 2011

    NASA Temukan Bukti Kuat Adanya Air di Planet Mars

    Beberapa temuan baru pesawat antariksa NASA menunjukkan Planet Mars bisa mendukung kehidupan manusia di masa depan.

    Gambar yang dikirimkan orbiter NASA 'Reconnaissance' menunjukkan bukti adanya air di Planet Mars pada musim panas.

    Pesawat antariksa AS yang mengorbiti Planet Mars, Orbiter Mars Reconnaissance, menunjukkan ada kemungkinan planet itu suatu saat bisa mendukung kehidupan manusia. Orbiter itu telah menemukan bukti terkuat bahwa di Mars ada air yang mengalir pada musim panas.

    Charles Bolden, Kepala Badan Antariksa Nasional Amerika atau NASA, mengatakan Program Eksplorasi Planet Mars NASA terus membuat para ilmuwan makin dekat untuk mengetahui apakah Mars dapat mendukung sebagian kehidupan.

    Menurut dia, program itu telah menunjukkan bahwa Mars adalah tujuan penting bagi eksplorasi manusia di masa depan.

    Orbiter Mars Reconnaissance mengkaji banyak lereng gunung di sepanjang belahan bagian selatan Mars. Garis gelap pada sisi gunung terlihat seperti jari-jari. Tanda-tanda ini muncul dan hilang seiring pergantian musim.

    Tanda-tanda itu muncul ketika suhu planet Mars naik. Mereka terlihat lebih besar ketika bergerak ke lereng gunung. Ketika suhu dingin, garis gelap itu menghilang. Tetapi, muncul lagi di planet Mars pada musim semi selanjutnya, atau musim panas.

    Alfred McEwen, Investigator Utama dalam Eksperimen Pemotretan Beresolusi Tinggi Orbiter Mars yang juga Professor Geologi Planet pada Universitas Arizona di Tucson, menyatakan aliran air yang asin merupakan penjelasan terbaik dari observasi orbiter planet Mars. Pesawat antariksa lain dan berbagai meteorit Mars telah menunjukkan bahwa permukaan Mars asin.

    Menurut McEwen, air di planet Mars bisa berbeda dari yang ditemukan di bumi. Dia menyebut air pada planet Mars lebih seperti cairan kental. Majalah “Science” mempublikasikan laporan mengenai temuan-temuan orbiter tersebut.

    McEwen dan timnya percaya bahwa air kemungkinan mengalir di planet Mars purbakala. Tetapi, apakah air di planet Merah itu eksis sebagai cairan masih dapat diperdebatkan. Hasil oksidasi besi pada planet Mars membuat planet itu berwarna kemerahan.

    Philip Christensen, ahli geologi pada Arizona State University, menegaskan para ilmuwan telah mengetahui selama bertahun-tahun bahwa es ada di planet Mars.

    “Kami tahu planet Mars punya banyak es. Tetapi, ini bukan pertama kalinya kami telah melihat potensi akan air cair. Itu mungkin air asin. Tapi itu memang cair. Dan saya pikir, itulah kunci yang nyata di sini. Bukannya planet Mars tidak punya banyak es, tetapi air cair – yang pasti bagi sebuah organisme—sangat berbeda dari es,” papar Philip Christensen.

    Ahli geologi Lisa Pratt dari Indiana University menyambut baik hasil penelitian itu. Menurut dia, temuan itu akan membantu para ilmuwan merencanakan perjalanan di masa depan untuk mencari tanda-tanda kehidupan pada Mars masa kini.

    Satu Lagi Planet Layak Huni Ditemukan

    Astronom berhasil menemukan satu lagi planet yang mirip Bumi dan kemungkinan layak dihuni makhluk hidup. Planet tersebut bernama HD85512b, merupakan planet yang mengorbit bintang katai oranye dan ada pada jarak 36 tahun cahaya dari Tata Surya di konstelasi Vela.

    HD85512b ditemukan lewat penelitian menggunakan High Accuracy Radial Velocity Planet Searcher (HARPS), European Southern Observatory di Chile. Radial velocity adalah teknik memburu planet dengan cara melihat perubahan cahaya bintang yang diorbit.

    Data HARPS menunjukkan bahwa HD85512b memiliki massa 3,6 kali Bumi. Selain itu, planet yang baru saja ditemukan ini juga punya jarak pas dengan bintang induknya sehingga memungkinkan keberadaan air dalam wujud cair di permukaannya.

    "Jaraknya adalah tepat pada batasan yang memungkinkan Anda untuk memiliki air dalam wujud cair," kata Lisa Kaltenegger dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics dan Max Planck Institute for Astronomy. "Jika Anda membandingkan dengan Tata Surya kita, planet ini sedikit lebih jauh dari jarak Matahari Venus," kata Kaltenegger seperti dikutip National Geographic, Selasa (30/8/2011). Ini berarti planet ini lebih banyak menerima energi dari bintangnya dibandingkan dengan Bumi.

    Kaltenegger mengatakan, planet ini juga memiliki tutupan awan sedikitnya 50 persen untuk merefleksikan panas dari bintangnya, mencegah pemanasan yang berlebihan. Tutupan awan ini mendekati tutupan awan Bumi, yang rata-rata sekitar 60 persen.

    Tutupan awan mengindikasikan adanya atmosfer yang mirip Bumi. Untuk menelaah atmosfer masih belum memungkinkan karena jarak yang cukup jauh. Namun, dipercaya bahwa planet bermassa kurang dari 10 kali massa Bumi memiliki atmosfer yang mirip Bumi, didominasi nitrogen dan oksigen.

    HD85512b merupakan planet batuan kedua yang memiliki kemiripan dengan Bumi. Berdasarkan jarak dengan bintangnya, planet ini bisa dikatakan layak huni sebab ada pada zona yang tak terlalu panas maupun tak terlalu dingin. Planet sebelumnya yang dikatakan layak huni adalah Gliese 581d yang sebelumnya juga ditemukan dengan instrumen HARPS. Sebenarnya juga ada Gliese 581g yang juga diklaim layak huni. Namun, klaim planet terakhir ini masih kontroversi.

    Manfred Cuntz, direktur program astronomi University of Texas di Austin mengatakan, selain soal ukuran dan jarak, ada faktor lain yang membuat HD85512b bisa dikatakan sebagai planet layak huni, bukan hanya klaim belaka. Salah satu faktor lain itu adalah orbit planet yang mendekati lingkaran sehingga memungkinkan iklim yang stabil. Faktor lain, bintang induk yang bernama HD85512 memiliki usia lebih tua dari Matahari sehingga kurang aktif, mengurangi resiko akibat badai elektromagnetik.

    Cuntz menambahkan, usia dari tata surya tempat HD85512b bernaung adalah 5,6 miliar sehingga bisa mendukung kehidupan. Sebagai perbandingan, Tata Surya tempat Bumi bernaung diperkirakan berumur 1 miliar tahun lebih muda, alias 4,6 miliar tahun.

    Sayangnya, dengan segala potensi mendukung kehidupan, masih belum mungkin bagi manusia untuk menuju planet itu. Jika pun bisa, manusia pasti merasa asing karena kondisi planet yang panas, lembab dan gravitasi yang 1,4 kali lebih besar daripada Bumi. "Hot yoga mungkin adalah hal yang Anda bisa nikmati dengan gratis di sana," canda Kaltenegger.

    Paper yang mendeskripsikan HD85512b ini telah muncul di arXiv.org dan telah diterima untuk dipublikasikan di jurnal Astronomy and Astrophysics.

    Ciptakan Hujan dengan Sinar Laser

    Laser ternyata berpotensi digunakan untuk menciptakan hujan. Hal ini diungkapkan oleh Jerome Kasparian, fisikawan dari University of Geneva. Dengan hasil penelitian ini, daerah kering bisa berharap hujan lebih dan ilmuwan pun mendapat teknik baru membuat hujan yang lebih efektif dari teknik modifikasi iklim.

    Dalam penelitiannya, Kasparian menggunakan laser untuk mengontrol kelembaban. Ilmuwan menemukan bahwa laser bisa memicu tumbuhnya tetesan air hujan pada kelembaban lebih rendah, sekitar 70 persen. "Pada kelembaban tersebut, kondensasi tidak terjadi dalam kodisi natural, di mana dibutuhkan kelembaban 100 persen," kata Kasparian.

    Rahasia kerja laser adalah pada kemampuan sinarnya membentuk senyawa asam nitrat di udara. Asam nitrat bisa menjadi "biji" awan, memilih untuk berasosiasi dengan air, bertindak seperti lem sehingga membentuk kumpulan air dalam kondisi yang relatif kering, di mana air mengalami evaporasi.

    Untuk bisa diaplikasikan sebagai pencipta hujan, masih perlu beberapa pengembangan. Kasparian mengakui bahwa laser memang bisa menumbuhkan partikel berair. "Namun, saat ini ukurannya terbatas, hanya beberapa mikron. Butuh 10 sampai 100 kali lebih besar untuk memproduksi hujan yang sebenarnya," kata Kasparian.

    Asalkan syarat tersebut bisa dipenuhi, penciptaan hujan dengan laser tak akan terlampau sulit. Tak perlu juga sistem laser udara. "Tipe laser yang digunakan selama ini bisa mencapai jarak kerja beberapa kilometer, jadi atmosfer bisa diaktifkan dengan ground based laser," kata Kasparian seperti dikutip Foxnews, Selasa (30/8/2011).

    Menurut Kasparian, kombinasi antara teknik laser dan teknik modifikasi cuaca seperti dengan perak iodidan dan dru ice tidak diperlukan. Langkah itu, menurutnya, justru akan kontraproduktif. Partikel akan berkompetisi untuk terkondensasi dan hasilnya tetesan air terlalu kecil, tak cukup untuk menjadi tetesan hujan.

    Satu masalah terkait kontrol cuaca seperti dengan laser adalah, akankah penciptaan kelembaban di satu tempat akan mencuri kelembaban di tempat lain. Menanggapi hal ini, Kasparian mengatakan, "Laser hanya memungkinkan kondensasi bagian kecil dari kelembaban di udara." Jadi, risikonya tak terlampau serius. Penemuan Kasparian ini dipublikasikan di Nature Communication, 30 Agustus 2011.

    Pengin Tahu kalau Dua Robot "Chatting"?

    Apa jadinya jika dua robot ngobrol satu sama lain? Mungkin jadi pengalaman tak biasa bagi yang melihat. Inilah yang disuguhkan oleh Cornell University Machine Lab lewat percakapan dua chatbot yang dikembangkannya.

    Dua chatbot yang berwujud lelaki dan perempuan di layar kaca bercakap tentang bermacam hal. Diawali dengan pertanyaan standar seperti menanyakan kabar. "Apa kabar?" tanya satu robot. "Sangat baik, kamu?" jawab robot yang lain.

    Pertanyaan mulai mengalir ke jati diri masing-masing. "Jadi, apakah kamu robot?" tanya salah satu robot. Robot lain menjawab, "Bukan, saya Cleverbot." Tetapi, robot sebelumnya bersikeras, "Ya, kamu sebenarnya robot dan namamu Cleverbot." Kemudian mengklaim bahwa dirinya unicorn.

    Chatbot juga berbincang tentang Tuhan. "Apa arti Tuhan bagimu?" tanya robot satu. "Bukan apa-apa," jawab robot lain. Namun, robot yang bertanya menjelaskan, "Bukan apa-apa bisa berarti sesuatu. Contohnya, bukan apa-apa bisa setengah dari sesuatu."

    Pertanyaan lain muncul lagi. "Jadi apakah kamu percaya Tuhan?" Robot lain menjawab, "Ya." Robot yang bertanya sebelumnya pun mengonfirmasi, "Jadi kamu Kristiani?" Robot lain pun menjawab, "Bukan". Selanjutnya, masih ada beberapa pertanyaan, di antaranya apakah ingin memiliki tubuh.

    Tentu saja semua percakapan itu terprogram. Chatbot adalah program komputer yang diciptakan untuk "membius" manusia agar berpikir bahwa apa yang dilihatnya ialah nyata. Pengembangannya ialah rencana Cornell untuk ikut dalam 2011 Loebnoer Prize Competition in Artificial Intelligence.

    Loebnoer Prize Competition akan digelar pada bulan 19 Oktober nanti. Masing-masing kontestan berlomba membodohi juri, membuat mereka berpikir sedang menyaksikan aksi manusia. Pemenang utama akan mendapatkan hadiah 100.000 dollar AS.

    Seperti ditulis di Spectrum IEEE, Senin (29/8/2011), di luar untuk perlombaan, program komputer ini mungkin yang pertama yang menunjukkan kecerdasan buatan (artificial intelligence).

    Chandra Temukan Pasangan Lubang Hitam Terdekat

    Teleskop Chandra X Ray yang digunakan oleh para astronom berhasil menemukan pasangan lubang hitam supermasif di galaksi spiral seperti Bimasakti. Terletak pada jarak 160 juta tahun cahaya, pasangan lubang hitam tersebut juga merupakan pasangan lubang hitam terdekat dari Bumi.

    Galaksi tempat pasangan lubang hitam tersebut bernaung bernama NGC 3393. Pasangan lubang hitam hanya terpisah sejauh 490 tahun cahaya. Para astronom berpendapat bahwa pasangan lubang hitam itu adalah hasil penggabungan miliaran tahun lalu di antara dua galaksi berjarak dekat dan berbeda massa.

    "Jika dua galaksi tersebut tidak cukup dekat, maka kita tak memiliki kesempatan untuk memisahkan dua lubang hitam itu seperti yang kita lakukan sekarang," kata Pepi Fabbiano dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics seperti dikutip Physorg, Rabu (31/8/2011).

    Fabbiano, yang memimpin studi yang dipublikasikan di Nature pada minggu lalu itu, menambahkan, "Karena galaksi ini tepat di depan hidung kita berdasarkan standar kosmik, kita menjadi penasaran ada berapa banyak pasangan lubang hitam yang belum ditemukan atau terlewat."

    Observasi sebelumnya dengan sinar-X dan sinar dengan panjang gelombang berbeda mengindikasikan adanya lubang hitam di galaksi NGC 3393. Namun, dengan Chandra X Ray, akhirnya didapatkan bahwa sebenarnya ada dua lubang hitam. Dua lubang hitam tersebut sama-sama sedang tumbuh.

    Astronom mengungkapkan, jika dua galaksi spiral bergabung, pasangan lubang hitam dan galaksi dengan wilayah pembentukan bintang yang intens seharusnya terbentuk. Contohnya adalah yang terjadi pada galaksi NGC 6240 pada jarak 330 juta tahun cahaya.

    Namun, astronom melihat bahwa NGC 3393 adalah galaksi spiral yang sangat teratur dengan bagian tengah terdiri dari bintang-bintang tua. Menurut para astronom, karakteristik ini tak biasa ditemukan pada galaksi yang memiliki pasangan lubang hitam.

    Astronom juga mengatakan bahwa NGC 3393 mungkin juga merupakan galaksi pertama hasil merger antara galaksi besar dan kecil, disebut minor merger. Menurut teori, minor merger adalah cara paling umum dalam pembentukan pasangan galaksi. Meski demikian, selama ini buktinya sulit ditemukan.

    Astronom mengatakan, jika pasangan lubang hitam memang hasil minor merger, maka lubang hitam yang satu pasti memiliki massa lebih kecil sebelum galaksinya melakukan merger. Estimasi dari ukuran lubang hitam belum bisa dilakukan saat ini.

    Penemuan NGC 3393 memiliki kesamaan dengan kemungkinan penemuan pasangan lubang hitam supermasif pada jarak 2 miliar tahun cahaya dari Bumi oleh Julia Comerford dari University of Texas. Pasangan lubang hitam itu terdapat di galaksi yang tak memiliki fitur spiral seperti NGC 3393.

    Guido Risaliti, yang juga terlibat penelitian ini, mengatakan, "Tabrakan dan merger adalah salah satu cara terpenting bagi galaksi dan lubang hitam untuk tumbuh. Mencari pasangan lubang hitam di galaksi spiral adalah jalan keluar untuk menjawab bagaimana ini bisa terjadi."

    Kamis, 01 September 2011

    Sikat Gigi Tercanggih Dunia Seharga Rp3,5 Juta

    Philip baru saja memamerkan pembersih mulut terbarunya berupa sikat gigi tenaga UBS pertama dunia. Seperti apa?

    Gadget berfitur port USB yang dijual seharga GBP 250 (Rp3,5 juta) ini memiliki julukan ‘sikat gigi iPod’. Philips DiamondClean HX 9332 ini juga mengusung teknologi AirFloss yang mampu mencapai total sikatan 31.000/menit dan 100% mampu menghilangkan plak gigi.

    Melalui lima mode dan pengatur waktu dua menit, pembuat sikat gigi ini menjanjikan gusi sehat dalam 14 hari. Lebih lanjut seperti ditulis Dailymail, dengan interval waktu 30 detik, gigi akan menjadi lebih putih.

    Keuntungan lainnya, pengguna mendapat ‘gelas pengisi’ yang secara nirkabel mengisi ulang baterai sikat gigi dan memberitahu jika baterai penuh via soket USB.

    Selain itu, Philips juga menjadi perusahaan pertama yang memasukkan fitur pemutar musik dalam sikat gigi.

    Dokter gigi Dr Bill Dorfman mengatakan, "Perangkat ini membawa inovasi pada tingkat yang benar-benar baru dengan AirFloss dan DiamondClean."